Langsung ke konten utama

biografi pelukis indonesia



BIOGRAFI PELUKIS INDONESIA

DAFTAR ISI :

Biografi pelukis – pelukis indonesia

1)        Raden saleh
2)      Affandi
3)      Sindudarsono sudjojono
4)      Basoeki Abdullah
5)      Agus djaya suminta
6)      Otto jaya
7)      Popo iskandar








 


Raden Saleh adalah seorang pelukis dengan nama besar yang cukup terkenal dan menjadi bagian dari sejarah seni rupa di Indonesia.

Ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen, tinggal di daerah Terboyo, dekat Semarang. Sejak usia 10 tahun, ia diserahkan pamannya, Bupati Semarang, kepada orang-orang Belanda atasannya di Batavia. Kegemaran menggambar mulai menonjol sewaktu bersekolah di sekolah rakyat (Volks-School).
Keramahannya bergaul memudahkannya masuk ke lingkungan orang Belanda dan lembaga-lembaga elite Hindia-Belanda. Seorang kenalannya, Prof. Caspar Reinwardt, pendiri Kebun Raya Bogor sekaligus Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan untuk Jawa dan pulau sekitarnya, menilainya pantas mendapat ikatan dinas di departemennya. Kebetulan di instansi itu ada pelukis keturunan Belgia, A.A.J. Payen yang didatangkan dari Belanda untuk membuat lukisan pemandangan di Pulau Jawa untuk hiasan kantor Departemen van Kolonieen di Belanda. Payen tertarik pada bakat Raden Saleh dan berinisiatif memberikan bimbingan.
Payen memang tidak menonjol di kalangan ahli seni lukis di Belanda, namun mantan mahaguru Akademi Senirupa di Doornik, Belanda, ini cukup membantu Raden Saleh mendalami seni lukis Barat dan belajar teknik pembuatannya, misalnya melukis dengan cat minyak. Payen juga mengajak pemuda Saleh dalam perjalanan dinas keliling Jawa mencari model pemandangan untuk lukisan. Ia pun menugaskan Raden Saleh menggambar tipe-tipe orang Indonesia di daerah yang disinggahi.
Terkesan dengan bakat luar biasa anak didiknya, Payen mengusulkan agar Raden Saleh bisa belajar ke Belanda. Usul ini didukung oleh Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen yang memerintah waktu itu (1819-1826), setelah ia melihat karya Raden Saleh.
Tahun 1829, nyaris bersamaan dengan patahnya perlawanan Pangeran Diponegoro oleh Jenderal Hendrik Merkus de Kock, Capellen membiayai Saleh belajar ke Belanda. Namun, keberangkatannya itu menyandang misi lain. Dalam surat seorang pejabat tinggi Belanda untuk Departemen van Kolonieen tertulis, selama perjalanan ke Belanda Raden Saleh bertugas mengajari Inspektur Keuangan Belanda de Linge tentang adat-istiadat dan kebiasaan orang Jawa, Bahasa Jawa, dan Bahasa Melayu. Ini menunjukkan kecakapan lain Raden Saleh.
Belajar ke eropa
Semasa belajar di Belanda keterampilannya berkembang pesat. Wajar ia dianggap saingan berat sesama pelukis muda Belanda yang sedang belajar. Para pelukis muda itu mulai melukis bunga. Lukisan bunga yang sangat mirip aslinya itu pun diperlihatkan ke Raden Saleh. Terbukti, beberapa kumbang serta kupu-kupu terkecoh untuk hinggap di atasnya. Seketika keluar berbagai kalimat ejekan dan cemooh. Merasa panas dan terhina, diam-diam Raden saleh menyingkir.

Ketakmunculannya selama berhari-hari membuat teman-temannya cemas. Muncul praduga, pelukis Indonesia itu berbuat nekad karena putus asa. Segera mereka ke rumahnya dan pintu rumahnya terkunci dari dalam. Pintu pun dibuka paksa dengan didobrak. Tiba-tiba mereka saling jerit. “Mayat Raden Saleh” terkapar di lantai berlumuran darah. Dalam suasana panik Raden Saleh muncul dari balik pintu lain. “Lukisan kalian hanya mengelabui kumbang dan kupu-kupu, tetapi gambar saya bisa menipu manusia”, ujarnya tersenyum. Para pelukis muda Belanda itu pun kemudian pergi.
Itulah salah satu pengalaman menarik Raden Saleh sebagai cermin kemampuannya. Dua tahun pertama ia pakai untuk memperdalam bahasa Belanda dan belajar teknik mencetak menggunakan batu. Sedangkan soal melukis, selama lima tahun pertama, ia belajar melukis potret dari Cornelis Kruseman dan tema pemandangan dari Andries Schelfhout karena karya mereka memenuhi selera dan mutu rasa seni orang Belanda saat itu. Krusseman adalah pelukis istana yang kerap menerima pesanan pemerintah Belanda dan keluarga kerajaan.
Raden Saleh makin mantap memilih seni lukis sebagai jalur hidup. Ia mulai dikenal, malah berkesempatan berpameran di Den Haag dan Amsterdam. Melihat lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda terperangah. Mereka tidak menyangka seorang pelukis muda dari Hindia dapat menguasai teknik dan menangkap watak seni lukis Barat.
Saat masa belajar di Belanda usai, Raden Saleh mengajukan permohonan agar boleh tinggal lebih lama untuk belajar “wis-, land-, meet- en werktuigkunde (ilmu pasti, ukur tanah, dan pesawat), selain melukis. Dalam perundingan antara Menteri Jajahan, Raja Willem I (1772-1843), dan pemerintah Hindia Belanda, ia boleh menangguhkan kepulangan ke Indonesia. Tapi beasiswa dari kas pemerintah Belanda dihentikan.

Saat pemerintahan Raja Willem II (1792-1849) ia mendapat dukungan serupa. Beberapa tahun kemudian ia dikirim ke luar negeri untuk menambah ilmu, misalnya Dresden, Jerman. Di sini ia tinggal selama lima tahun dengan status tamu kehormatan Kerajaan Jerman, dan diteruskan ke Weimar, Jerman (1843). Ia kembali ke Belanda tahun 1844. Selanjutnya ia menjadi pelukis istana kerajaan Belanda.
Wawasan seninya pun makin berkembang seiring kekaguman pada karya tokoh romantisme Ferdinand Victor Eugene Delacroix (1798-1863), pelukis Perancis legendaris. Ia pun terjun ke dunia pelukisan hewan yang dipertemukan dengan sifat agresif manusia. Mulailah pengembaraannya ke banyak tempat, untuk menghayati unsur-unsur dramatika yang ia cari.
Saat di Eropa, ia menjadi saksi mata revolusi Februari 1848 di Paris, yang mau tak mau mempengaruhi dirinya. Dari Perancis ia bersama pelukis Prancis kenamaan, Horace Vernet, ke Aljazair untuk tinggal selama beberapa bulan di tahun 1846. Di kawasan inilah lahir ilham untuk melukis kehidupan satwa di padang pasir. Pengamatannya itu membuahkan sejumlah lukisan perkelahian satwa buas dalam bentuk pigura-pigura besar. Negeri lain yang ia kunjungi: Austria dan Italia. Pengembaraan di Eropa berakhir tahun 1851 ketika ia pulang ke Hindia bersama istrinya, wanita Belanda yang kaya raya.
Tak banyak catatan sepulangnya di Hindia. Ia dipercaya menjadi konservator pada “Lembaga Kumpulan Koleksi Benda-benda Seni”. Beberapa lukisan potret keluarga keraton dan pemandangan menunjukkan ia tetap berkarya. Yang lain, ia bercerai dengan istri terdahulu lalu menikahi gadis keluarga ningrat keturunan Keraton
Solo.Di Batavia ia tinggal di rumah di sekitar Cikini. Gedungnya dibangun sendiri menurut teknik sesuai dengan tugasnya sebagai seorang pelukis. Sebagai tanda cinta terhadap alam dan isinya, ia menyerahkan sebagian dari halamannya yang sangat luas pada pengurus kebun binatang.
Kini kebun binatang itu menjadi Taman Ismail Marzuki. Sementara rumahnya menjadi Rumah Sakit Cikini, Jakarta.
Tahun 1875 ia berangkat lagi ke Eropa bersama istrinya dan baru kembali ke Jawa tahun 1878. Selanjutnya, ia menetap di Bogor sampai wafatnya pada 23 April 1880 siang hari, konon karena diracuni pembantu yang dituduh mencuri lukisannya. Namun dokter membuktikan, ia meninggal karena trombosis atau pembekuan darah.
Tertulis pada nisan makamnya di Bondongan, Bogor, “Raden Saleh Djoeroegambar dari Sri Padoeka Kandjeng Radja Wolanda”. Kalimat di nisan itulah yang sering melahirkan banyak tafsir yang memancing perdebatan berkepanjangan tentang visi kebangsaan Raden Saleh.














AFFANDI adalah seorang  pelukis yang dikenal sebagai Maestro Seni Lukis Indonesia, mungkin pelukisIndonesia yang paling terkenal di dunia internasional, berkat gaya ekspresionisnya yang khas. Pada tahun1950-an ia banyak mengadakan pameran tunggal di India, Inggris, Eropa, dan, Amerika Serikat.
Affandi dilahirkan diCirebonpada tahun1907, putra dari R.Koesoema, seorang mantri ukur di pabrik gula di Ciledug,Cirebon. Dari segi pendidikan, ia termasuk seorang yangmemiliki pendidikan formal yang cukup tinggi. Bagi orang-orang segenerasinya,memperoleh pendidikan HIS,MULO, dan selanjutnya tamat dariAMS,termasuk pendidikan yang hanya diperoleh oleh segelintir anak negeri. Namun, bakat seni lukisnya yang sangat kental mengalahkan disiplin ilmu lain dalam kehidupannya, dan memang telah menjadikannamanya tenar sama dengan tokoh atau pemuka bidang lainnya.Pada umur 26 tahun, pada tahun1933, Affandi menikah dengan Maryati, gadis kelahiranBogor . Affandi dan Maryati dikaruniai seorang putri yang nantinya akan mewarisi bakatayahnya sebagai pelukis, yaituKartika Affandi.Sebelum mulai melukis, Affandi pernah menjadi guru dan pernah juga bekerja sebagaitukang sobek karcis dan pembuat gambar reklame bioskop di salah satu gedung bioskop diBandung. Pekerjaan ini tidak lama digeluti karena Affandi lebih tertarik pada bidang senilukis. Sekitar tahun 30-an, Affandi bergabung dalam kelompok Lima Bandung, yaitukelompok lima pelukis Bandung. Mereka itu adalahHendra Gunawan,Barli, Sudarso, dan Wahdiserta Affandi yang dipercaya menjabat sebagai pimpinan kelompok. Kelompok inimemiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan seni rupa di Indonesia. Kelompok ini berbeda denganPersatuan Ahli Gambar Indonesia(Persagi) pada tahun1938, melainkan sebuah kelompok belajar bersama dan kerja sama saling membantu sesama pelukis.Pada tahun1943, Affandi mengadakan pameran tunggal pertamanya di Gedung PoeteraDjakarta yang saat itu sedang berlangsung pendudukan tentara Jepang di Indonesia. EmpatSerangkai--yang terdiri dari Ir.Soekarno, Drs. MohammadHatta,Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas Mansyur --memimpin Seksi Kebudayaan Poetera (Poesat Tenaga Rakyat)untuk ikut ambil bagian. Dalam Seksi Kebudayaan Poetera ini Affandi bertindak sebagaitenaga pelaksana danS. Soedjojonosebagai penanggung jawab, yang langsung mengadakanhubungan dengan Bung Karno.Ketika republik ini diproklamasikan1945, banyak pelukis ambil bagian. Gerbong-gerbongkereta dan tembok-tembok ditulisi antara lain "Merdeka atau mati!". Kata-kata itu diambil dari penutup pidatoBung Karno.
Semasa hidupnya, ia telah menghasilkan lebih dari 2.000 karya lukis. Karya-karyanya yangdipamerkan ke berbagai negara di dunia, baik di Asia, Eropa, Amerika maupun Australiaselalu memukau pecinta seni lukis dunia. Pelukis yang meraih gelar Doktor Honoris Causadari University of Singapore tahun 1974 ini dalam mengerjakan lukisannya, lebih seringmenumpahkan langsung cairan cat dari tube-nya kemudian menyapu cat itu dengan jari- jarinya, bermain dan mengolah warna untuk mengekspresikan apa yang ia lihat dan rasakantentang sesuatu.Dalam perjalanannya berkarya, pemegang gelar Doctor Honoris Causa dari University of Singapore tahun 1974, ini dikenal sebagai seorang pelukis yang menganut aliranekspresionisme atau abstrak. Sehingga seringkali lukisannya sangat sulit dimengerti olehorang lain terutama oleh orang yang awam tentang dunia seni lukis jika tanpa penjelasannya. Namun bagi pecinta lukisan hal demikianlah yang menambah daya tariknya.Kesederhanaan cara berpikirnya terlihat saat suatu kali, Affandi merasa bingung sendiriketika kritisi Barat menanyakan konsep dan teori lukisannya. Oleh para kritisi Barat, lukisanAffandi dianggap memberikan corak baru aliranekspresionisme. Tapi ketika itu justruAffandi balik bertanya,
Aliran apa itu?
.Bahkan hingga saat tuanya, Affandi membutakan diri dengan teori-teori. Bahkan ia dikenalsebagai pelukis yang tidak suka membaca. Baginya, huruf-huruf yang kecil dan renik dianggapnya momok besar.Bahkan, dalam keseharian, ia sering mengatakan bahwa dirinya adalah pelukis kerbau, julukan yang diakunya karena dia merasa sebagai pelukis bodoh. Mungkin karena kerbauadalah binatang yang dianggap dungu dan bodoh.
Sikap sang maestroyang tidak gemar  berteori dan lebih suka bekerja secara nyata ini dibuktikan dengan kesungguhan dirinyamenjalankan profesi sebagai pelukis yang tidak cuma musiman pameran. Bahkan terhadap bidang yang dipilihnya, dia tidak overacting.Misalnya jawaban Affandi setiap kali ditanya kenapa dia melukis. Dengan enteng, diamenjawab,
Saya melukis karena saya tidak bisa mengarang, saya tidak pandai omong. Bahasa yang saya gunakan adalah bahasa lukisan.
Bagi Affandi, melukis adalah bekerja.Dia melukis seperti orang lapar. Sampai pada kesan elitis soal sebutan pelukis, dia hanyaingin disebut sebagai
.Lebih jauh ia berdalih bahwa dirinya tidak cukup punya kepribadian besar untuk disebutseniman, dan ia tidak meletakkan kesenian di atas kepentingan keluarga.
Kalau anak saya sakit, saya pun akan berhenti melukis,ucapnya.
Sampai ajal menjemputnya pada Mei 1990, ia tetap menggeluti profesi sebagai pelukis.Kegiatan yang telah menjadi bagian dari hidupnya. Ia dimakamkan tidak jauh dari museumyang didirikannya itu.
Museum Affandi. Kopi dari lukisan diri yang dibuat oleh pelukis Affandi sendiri Museum yang diresmikan oleh Fuad Hassan, MenteriPendidikan dan Kebudayaan ketika itu dalam sejarahnya telah pernah dikunjungi oleh Mantan PresidenSoehartodan MantanPerdana Menteri Malaysia Dr.Mahathir Mohammad padaJuni  1988kala keduanya masih berkuasa. Museum ini didirikantahun 1973 di atas tanah yang menjadi tempat tinggalnya.Saat ini, terdapat sekitar 1.000-an lebih lukisan diMuseumAffandi, dan 300-an di antaranya adalah karya Affandi.Lukisan-lukisan Affandi yang dipajang di galeri I adalah karyarestropektif yang punya nilai kesejarahan mulai dari awal karirnya hingga selesai, sehinggatidak dijual. Sedangkan galeri II adalah lukisan teman-teman Affandi, baik yang masih hidupmaupun yang sudah meninggal sepertiBasuki Abdullah,Popo Iskandar ,Hendra,Rusli,Fajar   Sidik , dan lain-lain. Adapun galeri III berisi lukisan-lukisan keluarga Affandi.Di dalam galeri III yang selesai dibangun tahun1997, saat ini terpajang lukisan-lukisanterbaruKartika Affandiyang dibuat pada tahun 1999. Lukisan itu antara lain "Apa yangHarus Kuperbuat" (Januari 99), "Apa Salahku? Mengapa ini Harus Terjadi" (Februari 99),"Tidak Adil" (Juni 99), "Kembali Pada Realita Kehidupan, Semuanya KuserahkanKepadaNya" (Juli 99), dan lain-lain. Ada pula lukisan Maryati, Rukmini Yusuf, serta JukiAffandi












SINDUDARSONO SUDJOJONO
Sindudarsono Sudjojono, Nama Panggilan: Pak Djon, dia Lahir diKisaran, Sumatera Utara, 14Desember 1913 dan Meninggal di Jakarta, 25 Maret 1985, Agamanya adakah Kristen, dan Isterinya Mia Bustam yg akhirnya bercerai dan menikah Rose Pandanwangi (penyanyi seriosa) dan memiliki Anak 14 orang.www.Sotrex.xtgem.com

Sindudarsono Sudjojono (1913-1985)
Bapak Seni Lukis Indonesia Modern
Dia pionir yang mengembangkan seni lukis modern khas Indonesia. Pantas saja komunitas seniman, menjuluki pria bernama lengkap Sindudarsono Sudjojono yang akrab dipanggil Pak Djon ini dijuluki Bapak Seni Lukis Indonesia Baru. Dia salah seorang pendiri Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) di Jakarta tahun 1937 yang merupakan awal sejarah seni rupa modern di Indonesia. Pelukis besar kelahiran Kisaran, Sumatra Utara, 14 Desember 1913, ini sangat menguasaiteknik melukis dengan hasil lukisan yang berbobot. Dia guru bagi beberapa pelukisIndonesia. Selain itu, dia mempunyai pengetahuan luas tentang seni rupa. Dia kritikus senirupa pertama di Indonesia.Ia seorang nasionalis yang menunjukkan pribadinya melalui warna-warna dan pilihan subjek. Sebagai kritikus seni rupa, dia sering mengecam Basoeki Abdullah sebagai tidak nasionalistis, karena melukis perempuan cantik dan pemandangan alam. Sehingga Pak Djon dan Basuki dianggap sebagai musuh bebuyutan, bagai air dan api, sejak 1935. Tapi beberapa bulan sebelum Pak Djon meninggal di Jakarta, 25 Maret 1985, pengusahaCiputra mempertemukan Pak Djon dan Basuki bersama Affandi dalam pameran bersama diPasar Seni Ancol, Jakarta. Sehingga Menteri P&K Fuad Hassan, ketika itu, menyebut pameran bersama ketiga raksasa seni lukis itu merupakan peristiwa sejarah yang penting. Pak Djon lahir dari keluarga transmigran asal Pulau Jawa, buruh perkebunan di Kisaran, Sumatera Utara. Namun sejak usia empat tahun, ia menjadi anak asuh. Yudhokusumo,seorang guru HIS, tempat Djon kecil sekolah, melihat kecerdasan dan bakatnya dan mengangkatnya sebagai anak. Yudhokusumo, kemudian membawanya ke Batavia tahun1925.
Djon menamatkan HIS di Jakarta. Kemudian SMP di Bandung dan SMA Taman Siswa diYogyakarta. Dia pun sempat kursus montir sebelum belajar melukis pada RM Pirngadieselama beberapa bulan dan pelukis Jepang Chioji Yazaki di Jakarta.Bahkan sebenarnya pada awalnya di lebih mempersiapkan diri menjadi guru daripada pelukis. Dia sempat mengajar di Taman Siswa. Setelah lulus Taman Guru di PerguruanTaman Siswa Yogyakarta, ia ditugaskan Ki Hajar Dewantara untuk membuka sekolah baru diRogojampi, Madiun tahun 1931. Namun, Sudjojono yang berbakat melukis dan banyak membaca tentang seni lukis modernEropa, itu akhirnya lebih memilih jalan hidup sebagai pelukis. Pada tahun 1937, dia pun ikut pameran bersama pelukis Eropa di Kunstkring Jakarya, Jakarta. Keikutsertaannya pada pameran itu, sebagai awal yang memopulerkan namanya sebagai pelukis. Bersama sejumlah pelukis, ia mendirikan Persagi (Persatuan Ahli-ahli Gambar Indonesia),1937. Sebuah serikat yang kemudian dianggap sebagai awal seni rupa modern Indonesia. Dia sempat menjadi sekretaris dan juru bicara Persagi.  Sudjojono, selain piawai melukis, juga banyak menulis dan berceramah tentang pengembangan seni lukis modern. Dia menganjurkan dan menyebarkan gagasan, pandangandan sikap tentang lukisan, pelukis dan peranan seni dalam masyarakat dalam banyak tulisannya. Maka, komunitas pelukis pun memberinya predikat: Bapak Seni Lukis IndonesiaBaru.Lukisannya punya ciri khas kasar, goresan dan sapuan bagai dituang begitu saja ke kanvas. Objek lukisannya lebih menonjol pada pemandangan alam, sosok manusia, serta suasana. Pemilihan objek itu lebih didasari hubungan batin, cinta, dan simpati sehingga tampak  bersahaja. Lukisannya yang monumental antara lain berjudul: Di Depan Kelambu Terbuka,Cap Go Meh, Pengungsi dan Seko. Dalam komunitas seni-budaya, kemudian Djon masuk Lekra, lalu masuk PKI. Dia sempat terpilih mewakili partai itu di parlemen. Namun pada1957, ia membelot. Salah satu alasannya, bahwa buat dia eksistensi Tuhan itu positif,sedangkan PKI belum bisa memberikan jawaban positif atas hal itu. Di samping ada alasanlain yang tidak diungkapkannya yang juga diduga menjadi penyebab Djon menceraikan istri pertamanya, Mia Bustam. Lalu dia menikah lagi dengan penyanyi seriosa, RosePandanwangi. Nama isterinya ini lalu diabadikannya dalam nama Sanggar Pandanwangi.Dari pernikahannya dia dianugerahi 14 anak.

Di tengah kesibukannya, dia rajin berolah raga. Bahkan pada masa mudanya, Djon tergabungdalam kesebelasan Indonesia Muda, sebagai kiri luar, bersama Maladi (bekas menteri penerangan dan olah raga) sebagai kiper dan Pelukis Rusli kanan luar.Itulah Djon yang sejak 1958 hidup sepenuhnya dari lukisan. Dia juga tidak sungkanmenerima pesanan, sebagai suatu cara profesional dan halal untuk mendapat uang. Pesananitu, juga sekaligus merupakan kesempatan latihan membuat bentuk, warna dan komposisi.Ada beberapa karya pesanan yang dibanggakannya. Di antaranya, pesanan pesanan Gubernur DKI, yang melukiskan adegan pertempuran Sultan Agung melawan Jan Pieterszoon Coen,1973. Lukisan ini berukuran 300310 meter, ini dipajang di Museum DKI Fatahillah.Secara profesional, penerima Anugerah Seni tahun 1970, ini sangat menikmatikepopulerannya sebagai seorang pelukis ternama. Karya-karyanya diminati banyak orang dengan harga yang sangat tinggi di biro-biro lelang luar negeri. Bahkan setelah dia meninggal pada tanggal 25 Maret 1985 di Jakarta, karya-karyanya masih dipamerkan di beberapatempat, antara lain di: Festival of Indonesia (USA, 1990-1992); Gate Foundation(Amsterdam, Holland, 1993); Singapore Art Museum (1994); Center for Strategic andInternational Studies (Jakarta, Indonesia, 1996); ASEAN Masterworks (Selangor, KualaLumpur, Malaysia, 1997-1998)











Basuki Abdullah
Basoeki Abdullah lahir diSurakarta,Jawa Tengah,25 Januari  1915– wafat5 November  1993dalam umur 78 tahun. Dia adalah salah seorang maestro pelukis Indonesia. Ia dikenal sebagai pelukis aliran realis dan naturalis. Ia pernah diangkat menjadi pelukis resmi Istana Merdeka Jakarta dan karya-karyanya menghiasi istana-istana negara dan kepresidenan Indonesia, disamping menjadi barang koleksi dari berbagai penjuru dunia.Bakat melukisnya terwarisi dari ayahnya Abdullah Suryosubro yang juga seorang pelukis dan penari. Sedangkan kakeknya adalah seorang tokoh Pergerakan Kebangkitan Nasional Indonesia pada awal tahun 1900-an yaitu Doktor Wahidin Sudirohusodo. Sejak umur 4 tahun Basoeki Abdullah mulai gemar melukis beberapa tokoh terkenal diantaranya Mahatma Gandhi, Rabindranath Tagore,Yesus Kristusdan Krishnamurti.Pendidikan formal Basoeki Abdullah diperoleh di HIS Katolik dan Mulo Katolik diSolo. Berkat bantuan Pastur Koch SJ, Basoeki Abdullah pada tahun 1933 memperoleh beasiswa untuk belajar di Akademik Seni Rupa Academic Voor Beldeende Kunsten di DenHaag, Belanda, dan menyelesaikan studinya dalam waktu 3 tahun dengan meraih penghargaanSertifikat Royal International of Art  (RIA).
Aktivitas
Lukisan "Kakak dan Adik" karya Basoeki Abdullah (1978).Kini disimpan di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta.Pada masa Pemerintahan Jepang, Basoeki Abdullah bergabung dalam Gerakan Poetra atau Pusat Tenaga Rakyat yang dibentuk  pada tanggal 19 Maret 1943. Di dalam Gerakan Poetra iniBasoeki Abdullah mendapat tugas mengajar seni lukis. Murid-muridnya antara lain Kusnadi (pelukis dan kritikus seni rupaIndonesia) dan Zaini (pelukis impresionisme). Selainorganisasi Poetra, Basoeki Abdullah juga aktif dalam Keimin Bunka Sidhosjo (sebuah Pusat Kebudayaan milik pemerintahJepang) bersama-samaAffandi, S.Sudjoyono, Otto Djaya dan Basoeki Resobawo.Di masa revolusi Bosoeki Abdullah tidak berada di tanah air yang sampai sekarang belum jelas apa yang melatarbelakangi hal tersebut. Jelasnya pada tanggal 6 September 1948 bertempat di New YorAmsterdamse waktu penobatan Ratu Yuliana dimana diadakan sayembara melukis, Basoeki Abdullah berhasil mengalahkan 87 pelukisEropadan berhasilkeluar sebagai pemenang.
Kehidupan Pribadi
Basoeki Abdullah selain seorang pelukis juga pandai menari dan sering tampil dengan tarian wayang orang sebagaiRahwana atau Hanoman. Beliau tidak hanya menguasai soal kewayangan, budaya Jawa di mana ia berasal tetapi juga menggemari komposisi-kompasisi Franz Schubert, Beethoven dan Paganini, dengan demikian wawasannya sebagai seniman luas dan tidak Jawasentris. Basoeki Abdullah menikah empat kali. Istri pertamanya Yoshepin (orang Belanda) tetapi kemudian berpisah, mempunyai anak bernama Saraswati. Kemudian menikah lagi denganMaya Michel (berpisah) dan So Mwang Noi (bepisah pula). Terakhir menikah dengan Nataya Narerat sampai akhir hayatnya dan mempunyai anak Cicilia Sidhawati Basoeki Abdullah tewas dibunuh perampok di rumah kediamannya pada tanggal 5 November 1993. Jenasahnya dimakamkan di Desa Mlati,Sleman,Yogyakarta
pose siaga yang tegang. Wajahnya yang bergaris keras tampak menahan marah, tangan kirinya yangmengepal menggenggam tasbih.Lukisan tentang peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Jendral De Cock pada tahun 1830yang terjadi di Rumah Kediaman Residen Magelang. Dalam lukisan itu tampak Raden Salehmenggambarkan dirinya sendiri dengan sikap menghormat menyaksikan suasana tragis tersebutbersama-sama pengikut Pangeran Diponegoro yang lain. Jendral De Cock pun kelihatan sangat segandan menghormat mengantarkan Pangeran Diponegoro menuju kereta yang akan membawa beliau ketempat pembuangan.Pada saat penangkapan itu, beliau berada di Belanda. Setelah puluhan tahun kemudian kembali keIndonesia dan mencari informasi mengenai peristiwa tersebut dari kerabat Pangeran Diponegoro. Dariusaha dan karya tersebut, tidaklah terlalu berlebihan bila beliau mendapat predikat sebagai PahlawanBangsa. Akhirnya, reputasi karya yang ditunjukkan oleh prestasi artistiknya, membuat Raden Salehdikenang dengan rasa bangga.Dari beberapa yang masih ada, salah satunya lukisan kepala seekor singa, kini tersimpan dengan baik diIstana Mangkunegaran, Solo. Lukisan ini dulu dibeli seharga 1.500 gulden. Berapa nilainya sekarangmungkin susah-susah gampang menghitungnya. Sekadar perbandingan, salah satu lukisannya yangberukuran besar, Berburu Rusa, tahun 1996 terjual di Balai Lelang Christie's Singapura seharga Rp 5,5miliar.[sunting]Peringatan dan penghargaanTahun 1883, untuk memperingati tiga tahun wafatnya diadakan pameran-pameran lukisannya di Amsterdam, di antaranya yang berjudul Hutan Terbakar, Berburu Kerbau di Jawa, dan PenangkapanPangeran Diponegoro. Lukisan-lukisan itu dikirimkan antara lain oleh Raja Willem III dan Pangeran VanSaksen Coburg-Gotha.Memang banyak orang kaya dan pejabat Belanda, Belgia, serta Jerman yang mengagumi pelukis yangsemasa di mancanegara tampil unik dengan berpakaian adat ningrat Jawa lengkap dengan blangkon. Diantara mereka adalah bangsawan Saksen Coburg-Gotha, keluarga Ratu Victoria, dan sejumlah gubernur  jenderal seperti van den Bosch, Baud, dan Daendels.Tak sedikit pula yang menganugerahinya tanda penghargaan, yang kemudian selalu ia sematkan didada. Di antaranya, bintang Ridder der Orde van de Eikenkoon (R.E.K.), Commandeur met de ster der Frans Joseph Orde (C.F.J.), Ridder der Kroonorde van Pruisen (R.K.P.), Ridder van de Witte Valk(R.W.V.), dll.Sedangkan penghargaan dari pemerintah Indonesia diberikan tahun 1969 lewat Departemen Pendidikandan Kebudayaan, secara anumerta berupa Piagam Anugerah Seni sebagai Perintis Seni Lukis diIndonesia. Wujud perhatian lain adalah, pembangunan ulang makamnya di Bogor yang dilakukan oleh Ir.Silaban atas perintah Presiden Soekarno, sejumlah lukisannya dipakai untuk ilustrasi benda berharganegara, misalnya akhir tahun 1967, PTT mengeluarkan perangko seri Raden Saleh dengan reproduksidua lukisannya bergambar binatang buas yang sedang berkelahi.Berkat Raden Saleh, Indonesia boleh berbangga melihat karya anak bangsa menerobos museum akbar seperti Rijkmuseum, Amsterdam, Belanda, dan dipamerkan di museum bergengsi Louvre, Paris,Perancis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

peradaban india kuno, cina kuno, mesopotamia, mesir kuno

TUGAS SEJARAH TENTANG PERADABAN INDIA KUNO, CINA KUNO, MESOPOTAMIA, DAN MESIR KUNO TERDIRI DARI PERADABAN SUNGAI INDUS DAN GANGGA PERADABAN LEMBAH SUNGAI INDUS Pusat Peradaban Peradaban Lembah Sungai Indus diketahui melalui penemuan-penemuan arkeologi-di Kota Harappa dan Mohenjodaro. Kota Mohenjodaro diperkirakan sebagai ibukota daerah Lembah Sungai Indus bagian selatan dan Kota Harappa sebagai ibukota Lembah Sungai Indus bagian utara.   peradaban lembah sungai indus berada sepanjang sungai indus di pakistan sekarang ini. Mahendjoro merupakan pusat dari masyarakat kuno ini. Tata Kota Di Kota Mohenjodaro dan terdapat gedung-gedung dan rumah tinggal serta pertokoan dibangun secara teratur dan berdiri kukuh. Gedung-gedung dan rumah tinggal dan pertokoan itu sudah terbuat dari batu bata lumpur. Kemampuan mereka dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan budaya yang ditemukan, seperti bangunan Kota Mohenjodaro dan Harappa, berbagai macam patung,   dan berbagai ma

KERAJAAN DI INDONESIA, kutai,sriwijaya,majapahit

BAB 1 PENDAHULUAN KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT , yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, karena kehendaknyalah kami dapat menyelesaikan tugas ini, dan tak lupa pula kami kirimkan shalawat beserta salam kepada nabi Muhammad S.A.W yang membawa kita dari alam kebodohan sampai alam yang berpendidikan yang kita rasakan kali ini, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kami dari guru. Kami harap bisa memberi pelajaran kepada kita semuanya. Secara garis besar tugas ini adalah mengenai kerajaan yang ada di Indonesia, baik kerajaan kutai, tarumanegara, sriwijaya dan kerajaan maja pahit. kami mengucapkan terima kasih kepada orang tua, guru – guru , serta teman yang seperjuangan, karena tanpa kalian mungkin kami tidak bisa menyelesaikan tugas ini. kami berharap , semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca atau yang membutuhkannya, dan bersama – sama ikut serta meningkatkan mutu pendidikan dan mencerdaskan kehidupan ban

Masalah-masalah yang dihadapi pemerintah di bidang ekonomi dan cara pemerintah mengatasinya.

Masalah-masalah yang dihadapi pemerintah di bidang ekonomi dan cara pemerintah mengatasinya. Permasalahan ekonomi di Indonesia pada umumnya terdapat masalah yang terkait dengan : 1.        Masalah kemiskinan Segi distribusi pendapatan nasional, penduduk Indonesia berada dalam kemiskinan. Sebagian besar kekayaan banyak dimiliki kelompok berpenghasilan besar atau kelompok kaya Indonesia. Upaya penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan melalui berbagai cara, misalnya program IDT (Inpres Desa Tertinggal), KUK (Kredit Usaha Kecil), KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen) PKT (Program Kawasan Terpadu), dan program wajib belajar. 2.        Masalah Keterbelakangan Jika dilihat dari segi penguasaan teknologi,Indonesia masih dikategorikan sebagai Negara berkembang.Ciri lain Negara berkembang adalah rendahnya tingkat pendapatan dan pemerataannya,rendahnya tingkat kemajuan dan pelayanan kesehatan,kurang terpeliharanya fasilitas umum,rendahnya tingkat disiplin masyarakat,rendahnya t