KABA
SUTAN PANGADUAN
Jalan Cerita
Kampung Dalam sepeninggal
Raja
Sutan Pangaduan adalah
seorang Putra Mahkota dari Raja yang berkuasa di Kampung Dalam, Pariaman. Dia
memiliki 2 saudara tiri lain ibu yaitu Sutan Lembak Tuah yang ibunya seorang
rakyat biasa dan Puti Sari Makah yang ibunya adalah seorang keturunan Arab.
Ibunda Sutan Pangaduan sendiri adalah seorang bangsawan yang bernama Puti Andam
Dewi.
Sutan Lembak Tuah lebih
tua daripada Sutan Pangaduan, namun dalam hal ilmu kebatinan, kesaktian dan
kebijaksanaan, Sutan Pangaduan jauh lebih unggul.
Ketika Sutan Pangaduan
masih kecil, ayahnya pergi bersemayam ke Gunung Ledang. Pada saat itu ibundanya
Puti Andam Dewi diculik dan ditawan oleh Rajo Unggeh Layang di sebuah bukit.
Puti Andam Dewi ditawan karena menolak diperistri oleh Rajo Unggeh Layang. Rajo
Unggeh Layang sendiri berkuasa di negeri Taluak Singalai Tabang Papan. Sejak saat
itu, Sutan Pangaduan dipelihara dan dibesarkan oleh nenek dan kakak sepupunya
(dari pihak ibu) yang seorang pendekar di Kuala Pantai Cermin.
Sutan Lembak Tuah sendiri
tetap tinggal di istana dan diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya, karena
usianya paling tua diantara dua anak laki-laki. Sutan Lembak Tuah menjadi raja
sejak usia muda. Secara adat, Sutan Pangaduan adalah putra mahkota yang sah,
karena silsilah bangsawan dan orang terpandang lagi keramat yang dibawanya dari
garis ibu, namun ibunda dari Sutan Lembak Tuah yang berhati jahat sangat
berambisi untuk menjadikan anaknya sebagai raja. Ia rela menghalalkan segala
macam cara agar tujuannya tercapai. Ambisi ini sangat dimaklumi karena ibu
Sutan Lembak Tuah pada awalnya hanyalah orang kelas bawah yang nasibnya
terangkat karena menikah dengan seorang raja.
Sutan Lembak Tuah
cenderung manja dan kekanak-kanakan, sehingga ketika diangkat sebagai raja, ia
menjelma menjadi raja yang semena-mena terhadap rakyatnya. Namun di kemudian
hari ia dapat berubah menjadi raja yang bijak berkat nasehat dan bimbingan dari
Sutan Pangaduan dan keluarga ayahnya.
Saat berusia 10 tahun
Sutan Pangaduan didatangi ayahnya yang bersemayam di Gunung Ledang secara
batin. Ayahnya menugaskan Sutan Pangaduan untuk membebaskan ibunya dari tawanan
dengan bantuan kakaknya Sutan Lembak Tuah yang tinggal di istana.
Sebelum berangkat ayahnya
berpesan supaya Sutan Pangaduan tidak lupa menambah ilmu terlebih dahulu dari
neneknya dari pihak ayah dan kemenakan perempuan ayahnya supaya dibekali dengan
senjata keramat.
Kena Tipu
Dalam perjalanan dari
Kuala Pantai Cermin ke Kampung Dalam, Sutan Pangaduan yang lugu diperdaya oleh
seorang penipu. Gara-garanya sangat sederhana, Sutan Pangaduan tertangkap
tangan sedang memetik setangkai kembang oleh sang penipu. Penipu itu membual
bahwa kembang yang dipetik oleh Sutan Pangaduan adalah Kembang Bunga Larangan
dan sebagai hukumannya ia didenda untuk menyerahkan baju bangsawan yang
dipakainya. Penipu itu menggantinya dengan baju compang camping yang robek
disana sini.
Sesampainya di Istana
Kampung Dalam, Sutan Lembak Tuah sangat terkejut ketika melihat anak kecil
berbaju compang camping yang wajahnya bagaikan pinang dibelah dua dengan
dirinya. Namun ibu Sutan Lembak Tuah yang berhati jahat merasa malu lalu
menyuruh pengawal mengusir bahkan membunuh Sutan Pangaduan, padahal dia
sebenarnya tahu bahwa yang datang adalah putra mahkota sebenarnya.
Ibu Sutan Lembak Tuah
memerintahkan anaknya untuk berkelahi dengan Sutan Pangaduan, namun dalam
perkelahian itu Sutan Lembak Tuah dapat dikalahkan. Pada saat itulah Sutan
Pangaduan mengucapkan kata kunci yang membuktikan bahwa ia adalah saudara tiri
dari Sutan Lembak Tuah. Hanya Sutan Lembak Tuah yang mengerti kata kunci
tersebut karena ia sebelumnya juga didatangi sang ayah secara batin. Sutan
Lembak Tuah memohon kepada ibunya agar Sutan Pangaduan diperbolehkan tinggal
dalam istana.
Membebaskan Ibunda dari
tawanan
Sutan Pangaduan lalu
mengutarakan maksudnya bahwa dia mendapat tugas dari ayahnya untuk membebaskan
sang ibunda, Puti Andam Dewi. Tentu saja ibu Sutan Lembak Tuah tidak setuju
dengan rencana itu karena jelas akan menghalangi rencana-rencananya selama ini.
Namun Sutan Lembak Tuah berhasil melunakkan hati ibunya dengan alasan bahwa dia
juga mendapatkan wangsit yang sama dari sang ayah yang bersemayam di Gunung
Ledang.
Dengan berat hati ibunda
Sutan Lembak Tuah melepaskan kepergian anaknya beserta Sutan Pangaduan untuk
membebaskan Puti Andam Dewi dari tawanan Rajo Unggeh Layang. Namun dibalik itu
ia masih menyimpan satu rencana jahat yang terakhir.
Pada acara pelepasan
secara resmi, ia berniat untuk meracun Sutan Pangaduan. Sebelum berangkat,
kedua pangeran dihidangkan nasi terlebih dahulu bersama para pengiring. Nasi
untuk Sutan Pangaduan telah ditaburi dengan racun. Sutan Pangaduan yang telah
mendapatkan hikmah malah mengajak para hadirin untuk berbincang-bincang sampai
nasi menjadi dingin. Karena nasi telah dingin, Sutan Pangaduan menolak untuk
memakannya dan menyuruh pelayan untuk memberikan nasi itu kepada hewan
peliharaan istana. Hewan itu langsung mati selesai menyantap nasi itu. Singkat
kata, niat jahat ibunda Sutan Lembak Tuah pun terbongkar dan ia dihukum
kurungan di istana. Sutan Pangaduan dan Sutan Lembak Tuah akhirnya dapat pergi
menunaikan tugasnya tanpa ada yang menghalangi lagi.
Sesampainya di bukit
tempat Puti Andam Dewi ditawan, kedua pangeran terlibat perkelahian dengan
ribuan penjaga bukit itu. Tatkala hampir berhasil membebaskan ibundanya, Sutan
Pangaduan kehilangan konsentrasi karena kakaknya Sutan Lembak Tuah ambruk
ditangan musuh. Akibatnya kedua kakak beradik ini berhasil diringkus oleh
musuh.
Bantuan dari Puti Sari
Makah
Melihat keadaan yang
diluar perkiraan, ayah Sutan Pangaduan mendatangi anak perempuannya Puti Sari
Makah secara batin. Ia memerintahkan anak perempuannya itu untuk membebaskan
istrinya Puti Andam Dewi dan kedua anak laki-lakinya yang sekarang jadi tawanan
pula. Dalam penugasan itu Puti Sari Makah dibantu oleh kemenakan sang ayah
(kakak sepupu Sutan Pangaduan dan Sutan Lembak Tuah) dan kemenakan Puti Andam
Dewi (kakak sepupu Sutan Pangaduan).
Ketiga perempuan ini pada
saat itu telah menjadi pendekar-pendekar yang tangguh. Putri Sari Makah
memiliki kemampuan ilmu batin untuk mengendalikan air sedangkan kedua sepupu
Sutan Pangaduan masing-masing memiliki kemampuan untuk mengendalikan angin dan
suara.
Dengan keahlian itu
mereka menciptakan badai yang menaikkan air laut sampai ke atas bukit sehingga
banyak pihak musuh yang mati. Badai itu hanya menyisakan tempat keluarga mereka
ditahan, sehingga dengan mudah mereka dapat membebaskan ketiga tawanan.
Sayang sekali saat akan
dibebaskan, Sutan Pangaduan kena hipnotis oleh seorang gadis kecil yang
sebenarnya adalah adik Rajo Unggeh Layang yang menyamar. Gadis kecil itu minta
dikasihani dan minta dibawa ikut serta karena takut hanyut dibawa badai.
Seluruh kakak Sutan Pangaduan telah berusaha melarang niatnya untuk membawa
serta gadis kecil itu, namun Sutan Pangaduan keras kepala dan tidak
mendengarkan. Pada saatnya nanti gadis kecil ini akan menuntut balas.
Setelah Ibu Sutan
pangaduan dibebaskan, mereka kembali ka daerah masing-masing. Ibu Sutan
Pangaduan, Sutan Pangaduan dan kakak sepupunyo pulang ke Kampung Dalam. Puti
Sari Makah kembali ke Makkah dengan hati risau karena tahu Sutan Pangaduan
telah keliru menyelamatkan musuh. Sutan Lembak Tuah kembali ke kerajaannya dan
berubah menjadi raja yang lebih dewasa dan bijaksana. Kemenakan ayah mereka
juga pulang ke negeri masing-masing.
Tipu Muslihat Gadis
Penyamar
Ketika Sutan Pagaduan beranjak
dewasa ia menikah dengan anak gadis dari raja negeri tetangga. Ia pun dijadikan
raja di negeri tersebut. Pada saat itu ibunda Sutan Pangaduan kembali diculik
atas tipu muslihat gadis kecil yang kemarin diselamatkan dari badai di puncak
bukit oleh Sutan Pangaduan. Sutan Pangaduan sangat menyesal karena tidak
mendengarkan peringatan yang telah disampaikan oleh kakak-kakaknya, namun sesal
sudah terlambat dan tidak berguna lagi. Apalagi selama ini ternyata gadis kecil
itu telah meracun Sutan Pangaduan sedikit demi sedikit sehingga kesaktiannya
agak berkurang.
Sutan Pangaduan terjebak
dalam konflik batin antara ingin menyelamatkan ibu kandungnya yang kembali
ditawan dan meninggalkan istrinya yang sedang hamil muda. Ia juga gundah karena
harus meninggalkan kerajaan dan rakyatnya. Namun istrinya bersedia mengalah dan
memberikan dukungan untuk menyelamatkan ibu mertuanya. Sang Permaisuri berkata,
“tidak usah cemaskan anak yang akan lahir ini karena setiap anak punya takdir
masing-masing.”
Singkat kata akhirnya Sutan
Pangaduan kembali berusaha membebaskan ibundanya. Sutan Lembak Tuah ikut serta
pula karena ia bersikeras untuk membantu adiknya. Seperti yang telah diduga
Sutan Pangaduan dapat dilumpuhkan dengan mudah karena kesaktiannya telah jauh
berkurang. Akhirnya kedua raja itu (Sutan Pangaduan dan Sutan Lembak Tuah)
kembali ditawan dan dirantai oleh musuh.
Dan akhirnya dengan
kesusahan sutan pangaduan berhasil menyelamatkan ibunya dan kembali pulang.
Pada suatu malam yang
terang benderang oleh purnama dan pada waktu yang telah diperhitungkan, Sutan
Pangaduan menghentakkan kakinya ke bumi sehingga timbul suara menggelegar
bagaikan petir di daerah sekitarnya. Tapi goncangan itu belum cukup untuk
memutuskan rantai yang mengikat kaki Sutan Pangaduam. Goncangan itu baru
pertanda bahawa anaknya telah lahir ke dunia.
Penutup
Kisah Sutan Pangaduan ini
sangat panjang, karena anak yang lahir itu kembali menuntut balas untuk
membebaskan ayah dan neneknya.
RINGKASAN KABA
Sutan
Pangaduan adalah seorang Putra Mahkota dari Raja yang berkuasa di Kampung Dalam
Pariaman. Dia memiliki 2 saudara tiri lain ibu yaitu Sutan Lembak Tuah yang
ibunya seorang rakyat biasa dan Puti Sari Makah yang ibunya adalah seorang
keturunan Arab. Ibunda Sutan Pangaduan sendiri adalah seorang bangsawan yang
bernama Puti Andam Dewi.
Ketika Sutan Pangaduan masih kecil, ayahnya pergi bersemayam ke
Gunung Ledang. Pada saat itu ibundanya Puti Andam Dewi diculik dan ditawan oleh
Rajo Unggeh Layang di sebuah bukit.
Sejak saat itu, Sutan Pangaduan dipelihara dan dibesarkan oleh
nenek dan kakak sepupunya (dari pihak ibu) yang seorang pendekar di Kuala
Pantai Cermin, Sutan Lembak Tuah sendiri tetap tinggal di istana dan diangkat
menjadi raja menggantikan ayahnya.
Sutan Lembak Tuah
cenderung manja dan kekanak-kanakan, sehingga ketika diangkat sebagai raja, ia
menjelma menjadi raja yang semena-mena terhadap rakyatnya. Namun di kemudian
hari ia dapat berubah menjadi raja yang bijak berkat nasehat dan bimbingan dari
Sutan Pangaduan dan keluarga ayahnya.
Saat berusia 10 tahun
Sutan Pangaduan didatangi ayahnya yang bersemayam di Gunung Ledang secara
batin. Ayahnya menugaskan Sutan Pangaduan untuk membebaskan ibunya dari tawanan
dengan bantuan kakaknya Sutan Lembak Tuah yang tinggal di istana.
Dalam perjalanan dari
Kuala Pantai Cermin ke Kampung Dalam, Sutan Pangaduan yang lugu diperdaya oleh
seorang penipu. Gara-garanya sangat sederhana, Sutan Pangaduan tertangkap
tangan sedang memetik setangkai kembang oleh sang penipu. Penipu itu membual
bahwa kembang yang dipetik oleh Sutan Pangaduan adalah Kembang Bunga Larangan
dan sebagai hukumannya ia didenda untuk menyerahkan baju bangsawan yang
dipakainya. Penipu itu menggantinya dengan baju compang camping yang robek
disana sini.
Namun ibu Sutan Lembak
Tuah yang berhati jahat merasa malu lalu menyuruh pengawal mengusir bahkan
membunuh Sutan Pangaduan, padahal dia sebenarnya tahu bahwa yang datang adalah
putra mahkota sebenarnya.
Ibu Sutan Lembak Tuah
memerintahkan anaknya untuk berkelahi dengan Sutan Pangaduan, namun dalam
perkelahian itu Sutan Lembak Tuah dapat dikalahkan. Pada saat itulah Sutan
Pangaduan mengucapkan kata kunci yang membuktikan bahwa ia adalah saudara tiri
dari Sutan Lembak Tuah. Hanya Sutan Lembak Tuah yang mengerti kata kunci
tersebut karena ia sebelumnya juga didatangi sang ayah secara batin. Sutan
Lembak Tuah memohon kepada ibunya agar Sutan Pangaduan diperbolehkan tinggal
dalam istana.
Sutan Pangaduan lalu mengutarakan maksudnya bahwa dia mendapat
tugas dari ayahnya untuk membebaskan sang ibunda
Tentu saja ibu Sutan Lembak Tuah tidak setuju dengan rencana itu
karena jelas akan menghalangi rencana-rencananya selama ini. Namun Sutan Lembak
Tuah berhasil melunakkan hati ibunya dengan alasan dia mendapatkan wangsit yang
sama dari sang ayah.
Dengan berat hati ibunda Sutan Lembak Tuah melepaskan kepergian
anaknya beserta Sutan Pangaduan. Namun dibalik itu ia masih menyimpan satu
rencana jahat yang terakhir.
Sutan Pangaduan yang telah mendapatkan hikmah malah mengajak
para hadirin untuk berbincang-bincang sampai nasi menjadi dingin. Karena nasi
telah dingin, Sutan Pangaduan menolak untuk memakannya dan menyuruh pelayan
untuk memberikan nasi itu kepada hewan peliharaan istana. Hewan itu langsung
mati selesai menyantap nasi itu.
Pada acara pelepasan secara resmi, ia berniat untuk meracun
Sutan Pangaduan. Sebelum berangkat, kedua pangeran dihidangkan nasi terlebih
dahulu bersama para pengiring, Singkat kata, niat jahat ibunda Sutan Lembak
Tuah pun terbongkar dan ia dihukum kurungan di istana. Akhirnya mereka pun
pergi.
Sesampainya di bukit tempat Puti Andam Dewi ditawan, kedua
pangeran terlibat perkelahian dengan ribuan penjaga bukit itu.
Sutan Pangaduan kehilangan konsentrasi karena kakaknya Sutan
Lembak Tuah ambruk ditangan musuh. Akibatnya kedua kakak beradik ini berhasil
diringkus oleh musuh.
Melihat keadaan yang
diluar perkiraan, ayah Sutan Pangaduan mendatangi anak perempuannya Puti Sari
Makah secara batin. Ia memerintahkan anak perempuannya itu untuk membebaskan
istrinya Puti Andam Dewi dan kedua anak laki-lakinya yang sekarang jadi tawanan
pula. Dalam penugasan itu Puti Sari Makah dibantu oleh kemenakan sang ayah
(kakak sepupu Sutan Pangaduan dan Sutan Lembak Tuah) dan kemenakan Puti Andam
Dewi (kakak sepupu Sutan Pangaduan).
Ketiga perempuan ini pada saat itu telah menjadi
pendekar-pendekar yang tangguh. Putri Sari Makah memiliki kemampuan ilmu batin
untuk mengendalikan air sedangkan kedua sepupu Sutan Pangaduan masing-masing
memiliki kemampuan untuk mengendalikan angin dan suara. Dengan keahlian itu
mereka menciptakan banyak pihak musuh yang mati.
Badai itu hanya
menyisakan tempat keluarga mereka ditahan, sehingga dengan mudah mereka dapat
membebaskan ketiga tawanan. Sayang sekali saat akan dibebaskan, Sutan Pangaduan
kena hipnotis oleh seorang gadis kecil yang sebenarnya adalah adik Rajo Unggeh
Layang yang menyamar. Gadis kecil itu minta dikasihani dan minta dibawa ikut
serta karena takut hanyut dibawa badai. Seluruh kakak Sutan Pangaduan telah
berusaha melarang niatnya untuk membawa serta gadis kecil itu, namun Sutan
Pangaduan keras kepala dan tidak mendengarkan. Pada saatnya nanti gadis kecil
ini akan menuntut balas. Setelah Ibu Sutan pangaduan dibebaskan, mereka kembali
ka daerah masing-masing.
Ketika Sutan Pagaduan beranjak dewasa ia menikah dengan anak
gadis dari raja negeri tetangga. Ia pun dijadikan raja di negeri tersebut.
Singkat kata akhirnya
Sutan Pangaduan kembali berusaha membebaskan ibundanya. Sutan Lembak Tuah ikut
serta pula karena ia bersikeras untuk membantu adiknya. Seperti yang telah
diduga Sutan Pangaduan dapat dilumpuhkan dengan mudah karena kesaktiannya telah
jauh berkurang. Akhirnya kedua raja itu (Sutan Pangaduan dan Sutan Lembak Tuah)
kembali ditawan dan dirantai oleh musuh.
Pada saat itu ibunda Sutan Pangaduan kembali diculik atas tipu
muslihat gadis kecil yang kemarin diselamatkan dari badai di puncak bukit oleh
Sutan Pangaduan. Sutan Pangaduan sangat menyesal karena tidak mendengarkan
peringatan yang telah disampaikan oleh kakak-kakaknya, namun sesal sudah
terlambat dan tidak berguna lagi. Apalagi selama ini ternyata gadis kecil itu
telah meracun Sutan Pangaduan sedikit demi sedikit sehingga kesaktiannya agak
berkurang.
Dan akhirnya dengan kesusahan sutan pangaduan berhasil
menyelamatkan ibunya dan kembali pulang.
Pada suatu malam yang
terang benderang oleh purnama dan pada waktu yang telah diperhitungkan, Sutan
Pangaduan menghentakkan kakinya ke bumi sehingga timbul suara menggelegar
bagaikan petir di daerah sekitarnya. Tapi goncangan itu belum cukup untuk
memutuskan rantai yang mengikat kaki Sutan Pangaduam. Goncangan itu baru
pertanda bahawa anaknya telah lahir ke dunia.
Penutup
Kisah Sutan Pangaduan ini
sangat panjang, karena anak yang lahir itu kembali menuntut balas untuk
membebaskan ayah dan neneknya.
PELAKU
DAN PERANNYA
- Sutan Pangaduan, titik sentral cerita, seorang anak raja yang ibunya ditawan
- Sutan Lembak Tuah, saudara satu ayah Sutan Pangaduan, berlainan ibu
- Puti Sari Makah, saudara satu ayah Sutan Pangaduan, ibunya keturunan Arab
- Rajo Unggeh Layang, raja yang menculik ibu Sutan Pangaduan
- Puti Andam Dewi, ibunda Sutan Pangaduan yang dalam tawanan
PERISTIWA
DAN PENYEBABNYA
Sutan pangaduan yang
ingin menyelamatkann bundanya yang diculik, karena ibundanya menolak untuk
diperistri oleh Rajo Unggeh Layang. Rajo Unggeh Layang sendiri berkuasa di
negeri Taluak Singalai Tabang Papan. Karena ditolak akhirnya raja tersebut
menculik ibunya.
TEMA
DAN ALASANNYA
Perkelahian dan
kekeluargaan, alasannya karena dalam cerita banyak tentang perkelahian untuk
menyalamatkan seorang keluarga, yaitu ibu.
SIMPULAN
Sutan pangaduan berhasil
menyelamatkan ibunya dengan berusaha keras walaupun dalam keadaan bahaya.
SARAN
Tidak boleh dendam, harus
semangat dan berusaha keras untuk meraih sesuatu, sesama manusia harus punya
rasa kekeluargaan serta harus saling memaafkan satu sama lain.
Komentar
Posting Komentar